Monday, April 8, 2013

Kelebihan surah ar-Rahman dan al-Waqiah




"Boleh saya tahu mengapa kamu menyukai surah ini. Surah ini melatih seseorang untuk belajar mensyukuri hidup. Seperti itukah?" ujar salah satu juri yang bertanya kepada Aziz.

Atiqah memejamkan matanya. Dia berasa begitu bersalah, namun masih mencuri pandang untuk melihat Aziz. Pemuda tampan itu tetap tenang dengan wajah bersahajanya. Pertanyaan yang begitu menyesakkan itu seakan tidak mempengaruhinya sedikit pun.

"Ya, memang benar salah satunya seperti itu. Namun, saya juga mempunyai alasan lain mengapa saya menyukai surah ini."

"Oh ya,apa?" tanya juri itu dengan nada yang tetap menyesakkan.

"Menurut pandangan saya, surah ini memiliki perpaduan atau kombinasi pembelajaran hati yang sangat lengkap. Yakni pentingnya rasa takut dalam hati kepada Allah SWT seperti yang diterangkan pada ayat 46:
'Dan bagi orang yang takut akan menghadap Tuhannya....'
pentingnya rasa syukur dalam hati seperti yang diterangkan hampir dalam setiap ayat ar-Rahman, pentingnya rasa waspada dan bersiap sedia seperti kandungan dalam ayat 26:
'semua yang ada dibumi itu akan binasa....' 
dan disarankan untuk mengharapkan pengharapan akan keredaan bukan pengharapan akan balasan kenikmatan seperti yang tersirat dalam kandungan ayat 46-60", jelas Aziz dengan tutur katanya yang halus dan perlahan.

Tepuk tangan kembali bergema. Juri yang tadi bertanya dengan maksud yang menyesakkan nampak begitu kesal. Atiqah tersenyum puas. Dia sedikit hairan dengan raut wajah Aziz yang nampak biasa dan jauh dari rasa puas atau bangga kerana tepuk tangan dan sokongan penonton.

"Ya Allah, dia begitu berwibawa." desisnya dalam hati

***
"Aziz!" panggil Atiqah lirih.

"Hmm?"

"Maafkan saya, tak seharusnya kamu melakukan semua itu untuk saya," ucap Atiqah dengan penuh rasa bersalah.

"Saya sama sekali tidak melakukan apa-apa untukmu," sangkal Aziz.

"Tapi tanda nama dan tugas itu ... "

"Saya hanya melakukan sesuatu yang semestinya dilakukan oleh seorang sahabat."

"Tapi, bukan dengan mengorbankan dirimu sendiri kan,Ziz?"

Aziz hanya tersenyum. "Setidak-tidaknya saya tidak mempunyai adik yang memesan piala padaku kan?" ucapnya.

"Anggap saja itu semua untuk adik kamu."

"Untuk adik saya?"

"Ya,sebenarnya semua itu untukmu, Iqa," jawab Aziz dalam hati.

"Adikmu adikku juga kan?kebetulan aku tidak punya adik,"jawab Aziz seadanya.

"Benar-benar orang yang pelik, namun istimewa," bisik Atiqah dalam hati.

"Emm,apa alasan kamu menulis surah al-Waqiah Ziz? Tadi, pada asalnya saya menjawab dengan keliru."

"Jawapan kamu bagus yang menjelaskan tentang hari kiamat yang terdapat dalam surah tersebut,"jawab Aziz.

"Hmm, terima kasih. Tapi, pastinya kamu mempunyai alasan lain bukan?"

"Tak ada, aku hanya suka membacanya," jawabnya sederhana.

"Kau membacanya setiap hari?"

Aziz tidak menjawab dan hanya tersenyum kecil.

"Apakah faedahnya mengamalkan al-Waqiah? kamu tidak kedekut memberikan ilmu kan, Ziz?" pancing Atiqah.

"Emm yang pernah saya dengar dari rakan Kolej saya, al-Waqiah itu amalan untuk mendoakan orang tua kita yang masih hidup."

"Ooh ada lagi tidak?"

"Tak ada, al-Waqiah itu kita tujukan kepada orang tua kita yang masih hidup, seperti surah Yasin jika mereka telah tiada."

Atiqah terdiam. Dirasanya sebuah kekaguman yang semakin besar terhadap sahabatnya itu.

(Sumber : novel Cinta Kudus Bidadari Subuh, karya Hassan Noor)




No comments:

Post a Comment